Menko Marves Monitor Progres Food Estate dari AWR

0
161

Pertama.id – Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Panjaitan meminta Kementerian PUPR segera membantu proses produksi yang dilakukan jajaran Kementerian Pertanian pada lahan food estate di Kalimantan Tengah.

Luhut mengatakan ada sekitar 16.643 ha dari total 60,778 ha lahan yang belum teririgasi dengan baik.

“Kalau kita bisa bikin yang 60 ribu dan kemudian hasilnya bisa 6 ton, wah ini baik sekali untuk rakyat. Ini, kan, juga legacy buat kita bahwa selama ini kita kerja, lho. Yang penting jalan. Karena itu, hari ini kita pastikan yang 16 ribu itu jadi. Makanya, PUPR bantu Kementan, segera bangun irigasinya agar petani bisa menanam,” ujar Luhut dalam Rapat Koordinasi Food Estate Kalteng di Kantor Kementan, Jumat (18/3).

Dia mengatakan ketersediaan infrastruktur yang baik maka secara tidak langsung akan berdampak baik pada peningkatan produksi.

Misalnya, kata Luhut, dari yang tadinya hanya tiga ton bisa bertambah menjadi empat ton, bahkan meningkat jadi tujuh ton.

“Kalau sudah ada infrastruktur dan irigasi, kita tinggal berupaya meningkatkan produktivitasnya saja. Jadi, tolong dari PUPR ikuti saja apa yang dikerjakan Kementan karena mereka yang tanam,” katanya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan kendala pelaksanaan eksentifikasi lahan sejauh ini terletak pada curah hujan yang sangat tinggi serta belum terpenuhinya irigasi dan drainase yang berpengaruh pada jalannya pembuangan air di lahan.

“Ada 16 ribu lahan di tahun 2021 yang harus kita perbaiki. Kalau yang 30 ribu di tahun 2020, kan, sudah oke. Semua tergantung pada irigasi. Jadi, sekali lagi yang eksentifikasi di Blok A Dadahup harus kita kerjakan,” katanya.

Mentan menambahkan, produksi padi memang menjadi program prioritas selama dua tahun ini.

Terbukti, meski Indonesia menerjang badai pandemi yang sangat dahsyat, sektor pertanian tetap tumbuh dengan baik.

“Dalam dua tahun ini kami konsentrasikan kerja kami pada ketahanan pangan, khususnya padi. Dua tahun ini yang lain turun dan hanya pertanian yang tumbuh. Ekspor kita naik terus bapak bahkan sampai Rp 625,04 triliun atau naik 38,68 persen. NTP kita selama dua tahun ini juga tumbuh bahkan tembus 108,83. Ini hanya terjadi zaman orde baru. Itulah kerja kita semua pakai data,” katanya.

Di tempat yang sama, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Dedi Nursyamsi menjelaskan lima fungsi AWR.

Di antaranya, memantau kegiatan pembangunan pertanian di kecamatan termasuk FE.

Bahkan, beberapa lokasi FE juga dipasangi CCTV sehingga bisa mendapatkan data secara real time.

“AWR ialah pusat data dan informasi, tempat kita melakukan pelatihan, penyuluhan, pendidikan baik untuk penyuluh, petani milenial, peternak termasuk juga tempat koordinasi,” jelas Dedi.

Selain itu, AWR ini juga digunakan mengecek standing crop atau kondisi fase pertumbuhan tanaman dan memonitoring daerah-daerah yang kekurangan pupuk.

Sumber : JPNN

LEAVE A REPLY