Kembalikan KTA PDIP, Biena Mengaku Bingung

0
337

Pertama.id-Pemecatan DPP PDI Perjuangan terhadap Biena Munawa Hatta dari keanggotaan PDIP disayangkan. Seandainya orangtuanya yakni Bupati H Mundjirin dan istrinya, Hj Bintang Narsasi tidak tergesa-gesa ingin kembali memimpin, masa depan Biena di PDIP dinilai panjang dan cemerlang.

“Tapi nasi sudah jadi bubur, keputusan ibunya (Bintang, red) maju dalam Pilkada atas dukungan ayahnya (Mundjirin, red) lewat partai lain, justru menjadi boomerang bagi anaknya sendiri. DPP PDIP telah memecat, dan ini kerugian besar bagi Biena dan juga Mundjirin sendiri,” ujar politikus dan juga pengurus Relawan Pejuang Restorasi (RPR) Suyana Hadi, kemarin.

Biena setelah menerima surat pemecatan dari DPP PDI Perjuangan, ia mengembalikan kartu tanda anggota (KTA) ke Fraksi PDI Perjuangan (FPDIP) sekaligus pamitan, kemarin.  Kedatangan Biena di ruang FPDIP DPRD Kabupaten Semarang disambut Ketua FPDIP Pujo Pramujito dan seluruh anggota yang hadir seusai mengikuti rapat paripurna. Terlihat anggota FPDIP yang juga Ketua DPRD Bondan Marutohening turut masuk ruang fraksi menyambut Biena.

“Tadi saat kita menghubungi mas Awang –panggilan akrab Biena— mendapat balasan akan datang ke fraksi, kita janjian bertemu di ruang fraksi setelah rapat paripurna,” ujar Jito –panggilan akrab Pujo Pramujito—

Dalam pertemuan dilakukan tertutup itu, disebutkan Jito berlangsung penuh persahabatan dan kekeluargaan. Tujuan Biena datang untuk mengembalikan KTA dan pamitan karena sudah mendapat surat pemecatan dari DPP PDIP.

“Kita pernah bersama di PDIP. Mas Awang menyampaikan permohonan maaf dan terima kasih kepada seluruh teman-teman PDIP khususnya di FPDIP. Mas Awang menangis sedih teman-teman juga merasakan yang sama, kita semua sedih harus berpisah,” jelasnya kepada Jateng Pos dengan wajah sembab setelah keluar dari ruang fraksi.

Sanksi pemecatan dari DPP PDIP, lanjut Jito, diterima Awang dengan ikhlas tanpa memendam rasa kecewa dan dendam. Ia menyadari garis partai harus dipatuhi, meski pernah bersama-sama berjuang untuk partai, semua harus berakhir ketika ada kesalahan yang dinilai sebagai pelanggaran disiplin partai.

“Mas Awang sampaikan sama sekali tidak menyimpan kecewa dan dendam, ia berharap kedepan tetap terjalin seduluran dengan teman-teman partai, itu dianggap lebih penting dibandingkan urusan politik,” tuturnya.

Diakui Awang, lanjut Jito, selama ini ia bingung dan diam menghadapi apa yang dirasakan (orangtuanya maju Pilkada tidak melalui PDIP, red), ia juga menyadari kalau teman-temannya di PDIP juga ikut bingung menghadapi situasi yang dihadapinya.

“Mas Awang menyampaikan mohon maaf dan terima kasih diterima dengan baik di PDIP. Telah mendapat didikan politik di PDIP, baginya itu pelajaran berharga dan tidak akan dilupakan,” tuturnya lagi.

Sementara itu, terkait peluang Biena jika nantinya ingin kembali bergabung dengan PDIP, menurut Jito, teman-temannya akan menyambut dengan tangan terbuka. Namun keputusan diterima kembali atau tidak tergantung dari hasil rapat di kongres PDIP.

Ditambahkan Jito partainya juga pernah mengalami kondisi yang sama seperti dialami Biena, ketika mengusung paslon H Mundjirin-Warnadi dalam Pilkada Kabupaten Semarang tahun 2010. Saat itu sebanyak 9 kader dipecat DPP PDIP karena tidak mendukung rekomendasi DPP dengan mendukung paslon yang diusung partai lain. (JP/Red)

LEAVE A REPLY