Anggota Gapoktan Keluhkan Biaya Administrasi dan Ongkos Angkut

0
185

Pertama.id – Penyaluran pupuk bersubsidi di Desa Jenar, Kecamatan Jenar, Sragen, yang dikelola Gabungan kelompok tani (gapoktan) dikeluhkan anggotanya. Lantaran anggota kelompok tani dibebani sejumlah biaya administrasi seperti ongkos angkut pupuk, dan biaya gesekan ATM Kartu Tani.

Informasi yang dihimpun, Sistem yang diterapkan Gapoktan desa Jenar dinilai tidak sesuai Keputusan Dirjen prasarana dan sarana pertanian nomor 01/Kpts 210/B /01/2021, Tentang pedoman teknis pengelolaan pupuk bersubsidi tahun anggaran 2021.

Dikarenakan distribusi pupuk tidak di kios, namun rumah salah satu pengurus Gapoktan. Bahkan kartu tani sebagai syarat untuk pengambilan pupuk, juga di tangan Bendahara Gapoktan.

Untuk setiap pembayaran pupuk melalui ATM, anggota diwajibkan membayar Rp 5 ribu di rumah Warsono selaku bendahara Gapoktan di Desa Jenar. Selain itu Gapoktan Desa Jenar melarang anggota kelompok tani mengambil langsung ke tempat penyimpanan pupuk. Lantas diwajibkan membayar biaya angkut Rp 5 ribu/sak.

Salah satu kelompok tani (Poktan), Santoso menyampaikan pasokan pupuk saat ini sebenarnya aman di Jenar. Namun kartu tani memang dikumpulkan dengan alasan petani kesulitan untuk mengisi saldo. Lantas selanjutnya dari pihak poktan kemudian memfasilitasi pengisian dengan ongkos.

”Kartunya saya yang bawa ke Gapoktan. Terus pak Warsono menganjurkan nanti di transfer tapi dipotong ongkos Rp 5.000,” ungkapnya, Rabu kemarin.

Dia menjelaskan untuk pengiriman pupuk juga ada ongkosnya. Ongkos pengiriman sebesar Rp 5.000 untuk kendaraan dan tenaga angkut. ”Kalau angkut sendiri, persetujuan dari pak Warsono. Dulunya perjanjian seperti itu, dan pada setuju” jelas Santoso.

Terkait keluhan tersebut Bendahara Gapoktan Jenar, Warsono menjelaskan bahwa kartu tani untuk menebus pupuk bersubsidi harus ada saldonya. Pihaknya membebaskan petani mengisi saldonya. Bisa ke BRI langsung ataupun melakui BRILink. Sehingga pungutan tersebut resmi.

”Kalau mengisi ke saya sekaligus agen BRILink ada administrasi atau kena Rp 5 ribu. Akhirnya ada yang mengisi ke saya dan ada yang mengisi sendiri,” terangnya.

Pihaknya justru menganjurkan mengisi saldo kartu taninya secara mandiri. Namun biasanya petani belum punya uang. Sehingga pihaknya meminjami dahulu, selanjutnya petani yang mengganti.

Pada dasarnya tebus pupuk itu di kios dengan diambil sendiri. Namun ada jasa angkutan antar pupuk, ada biaya dikenakan per sak untuk kuli dan angkutan.”Kami mengantarkan jadi kena biaya kuli dan armada Rp 5 ribu,” ungkapnya.

Lantas anggapan transaksi dan pupuk disimpan di rumahnya, Warsono menyampaikan kondisi gudang tidak muat. Karena waktu pupuk datang bersamaan dengan jumlah banyak. Sehingga diputuskan disimpan di gudang lain yang berdekatan. ”Masalah teknis aja, soal itu,” ujarnya.

Warsono menyampaikan jika pihaknya ada kesalahan siap dievaluasi. Agar bisa memperbaiki diri mengingat posisinya sebagai pengurus Gapoktan. Soal regulasi maupun alokasi pupuk sendiri dia mengakui ruwet.

”Saya sebagai petani menilai ruwet, maupun sebagai penyalur pupuk juga mumet,” ungkapnya.

Sumber : Jateng Pos

LEAVE A REPLY