Pak Bupati Mencium Tangan Kiai Ma’ruf Amin

0
386

Pertama.id-Cawapres nomor urut 01 KH Ma’ruf Amin mengunjungi Universitas Nahdlatul Ulama, Banjarmasin, Kalsel, Sabtu (26/1) pagi.

Dalam perayaan Harlah NU ke-93 itu, Ma’ruf secara terbuka meminta NU Kalsel mengerahkan kekuatan untuk memenangkan capres – cawapres nomor urut 01 pada Pilpres 2019.

Sebelum singgah ke kampus di Jalan Ahmad Yani kilometer 13 Kabupaten Banjar itu, pada malam sebelumnya Ma’ruf mengisi tablig akbar di Binuang, Kabupaten Tapin.

Di halaman kampus, ratusan kader NU duduk lesehan menanti Ma’ruf. Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) itu membuka orasi dengan cerita tentang KH Idham Chalid dan KH Abdurrahman Wahid.

“NU telah merelakan putra-putri terbaiknya untuk Indonesia. KH Idham Chalid asal Amuntai menjadi Wakil Perdana Menteri. Bahkan Gus Dur menjadi presiden. Sekarang, NU merelakan saya untuk menerima tawaran menjadi cawapres,” ujarnya.

Ma’ruf melanjutkan, NU takkan mengecewakan Jokowi. NU bakal habis-habisan bertarung pada 17 April nanti. “NU akan all out. Kalau sampai Jokowi kalah di Kalsel, artinya NU di sini tidak bekerja,” imbuhnya.

Maklum, pada Pilpres 2014 silam, pasangan Jokowi-JK kalah di Kalsel. Meraih 49,94 persen suara. Sedangkan pasangan Prabowo-Hatta meraih 50,05 persen suara. Kemenangan tipis dengan selisih hanya dua ribu suara.

Lebih jauh, dia coba menepis kesan anti-Islam yang kerap dialamatkan secara serampangan pada sosok Jokowi. Ma’ruf mengingatkan jasa Jokowi atas penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan ini sangat bersejarah.

Setelah proklamasi, dalam kondisi genting, lanjut Kiai Ma’ruf, kaum santri menapaki garis depan pertempuran. Membela republik muda ini. “Berkat Resolusi Jihad tertanggal 22 Oktober 1945 yang dikeluarkan KH Hasyim Asy’ari,” ujarnya.

Resolusi dari pendiri NU itu kemudian dilupakan. Peran umat Islam dikerdilkan. “Bayangkan, setelah 70 tahun berlalu, baru negara ini mengakui jasa santri dan ulama,” timpalnya.

Pidato Ma’ruf berkali-kali disambut tepuk tangan pendengar. “Andaikan ada warga NU yang tidak mencoblos 01, artinya jiwa NU-nya sudah innalillah,” tutupnya.

Sebelum memasuki mobil, mantan Rais Aam Pengurus Besar NU itu sempat dicegat wartawan. Ma’ruf kembali memberi penegasan. “Saya kan kader NU, jadi NU harus all out. Secara struktural sudah oke. Tinggal konsolidasi di level kultural. Dari jaringan pesantren sampai majelis taklim,” jelasnya.

Bahkan, dia mengaku sempat menanyakan kesanggupan penggalangan suara kepada pengurus NU Kalsel. “Katanya sanggup 70 persen. Artinya sama dengan target kami di nasional,” imbuhnya senang.

Ditanya strategi, Ma’ruf meminta NU tak hanya mengandalkan kepengurusan di tingkat kabupaten dan kota. Ranting-ranting mesti diaktifkan. “Harus door to door, man to man. Masuki daerah-daerah kecil. Gerakkan ranting dan anak ranting,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Pengurus Wilayah NU Kalsel, Abdul Haris Makkie berupaya mengklarifikasi pernyataan Ma’ruf. “Tidak ada perintah seperti itu dari NU. Ingat, NU adalah harakah (gerakan), bukan partai politik. Jadi secara organisasi atau instruksi khusus, enggak ada,” tegasnya.

Namun, Makkie membenarkan, Ma’ruf harus dibantu. “Beliau adalah kader NU. Sebagai orang tua yang meminta kepada anaknya, warga NU sudah paham bagaimana harus bersikap. Kami memiliki ikatan emosional,” imbuh Sekdaprov Kalsel tersebut.

Pernyataan-pernyataan Ma’ruf jelas mengejutkan. Sebab, ketua panitia yang juga mantan Gubernur Kalsel, Rudy Ariffin telah menjamin takkan ada embel-embel kampanye politik dalam acara-acara Ma’ruf.

Arah perayaan Harlah NU kali ini sebenarnya sudah bisa ditebak. Pada bahu Ma’ruf tersampir serban warna putih berlogo 01. Serban itu kemudian dihadiahkan kepada sejumlah tokoh. Sebut saja Bupati Hulu Sungai Utara, Abdul Wahid dan caleg Golkar, Gusti Iskandar Sukma Alamsyah.

Padahal, Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu) sudah mewanti-wanti terkait larangan berkampanye di luar jadwal KPU (Komisi Pemilihan Umum). Mengingat dalam laporan yang diterima Bawaslu, kunjungan Ma’ruf murni untuk kegiatan keagamaan.

Artinya, terlarang untuk orasi politik, ajakan mencoblos, apalagi pemasangan alat peraga kampanye. Jika dilanggar, maka tergolong tindak pidana pemilu.

Dikonfirmasi via WhatsApp, Ketua Bawaslu Kalsel, Iwan Setiawan mengaku belum bisa berkomentar banyak. “Akan kami pelajari dulu,” ujarnya singkat. (fud)

LEAVE A REPLY