Ari Sanyoto, S.T. : Ilmu adalah Cahaya Kehidupan

0
4079

Pertama.id – Salah satu tujuan ilmu pengetahuan adalah menegakkan kebenaran, berdiri di atas kebaikan dan memerangi kemungkaran.

Ilmu adalah cahaya, dimana sifat cahaya yang paling utama adalah memberi penerang. Mengusir kegelapan juga ,menjadi salah satu tujuan munculnya cahaya.

Petunjuk arah juga menjadi peran yang tak kalah penting dari cahaya. Berbagi ilmu adalah sebuah tindakan yang mulia, karena posisi ilmu sebagai cahaya adalah posisi mulia dalam kehidupan manusia.

Maka sebuah konsekuensi yang sangat logis ketika kita mempelajari sesuatu yang mulia, maka kemuliaan yang sama dengan sendirinya akan menjadi milik kita.

Mengamalkan kebaikan dengan ilmu pengetahuan dapat diibaratkan sebuah sumber mata air yang mengaliri anak sungai yang akan bermanfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungannya.

Jika sumber mata airnya jernih dan bagus tentu manfaat yang didapat akan lebih banyak. Begitu pula dengan ilmu pengetahuan, jika sumber ilmu pengetahuan merupakan akar kebaikan, maka penyebaran pengajaran akan sebanding dengan hasil dan kemanfaatannya.

Ada sebuah ilustrasi yang dapat kita cerna falsafahnya, Apakah dengan mengangkat 300 kati minuman keras akan membuatmu mabuk ? demikian seorang pernah bertanya.

Mengangkat 300 kati minuman keras tidak akan pernah membuat kita mabuk, tetapi dengan kita meminumnya pasti akan membuat kita mabuk dan bahkan akan kehilangan kesadaran.

Memiliki ilmu yang tinggi, luas dan dalam tidak akan mampu menghentikan kemaksiatan, jika sang pemilik ilmu tak mengamalkan setiap pengetahuan yang dimilikinya.

Bagi mereka yang memiliki ilmu pengetahuan dan mau mengamalkannya, merekalah orang-orang yang memiliki kemuliaan dan keberuntungan.

Ilmu menjadi cahaya karena ada orang-orang yang menyalakannya. Cahaya menjadi penerang karena ada kaum yang bergerak memberikan penerangan.

Penerangan menjadi arah atau petunjuk jalan, karena ada mereka yang mengabdikan diri di jalan Allah untuk menyelamatkan manusia.

Kita tidak akan mendapatkan sebutan beriman sampai kita menjadi penolong dan pelindung bagi orang-orang yang membutuhkan.

Harus terpatri di dalam hati bahwa ilmu tak akan banyak membantu kecuali dia keluar dari pintu. Artinya, ilmu harus berkelana dan mampu mengejawantah dalam kehidupan manusia.

Ilmu akan berkembang melalui dua cara, yaitu dengan mengajarkannya dan mengamalkannya. Manfaat yang dapat dipetik dengan mengamalkan ilmu pengetahuan adalah kita dapat mengajak membangun generasi baru pada kondisi yang lebih baik dan penuh kemuliaan.

Ilmu tanpa amal, sering disebut pincang. Amal tanpa ilmu dapat kita katakana buta. Ilmu dan amal bisa menjadi gerakan ketika ada seorang dengan ketulusan dan keikhlasan melaksanakannya.

Wahai para pemilik ilmu, bangunlah, nyalakan cahaya, saat ini umat manusia sangat membutuhkan untuk memperbaiki keadaan dan berikan petunjuk arah agar peradaban manusia tak semakin hancur berantakan.

Membangun peradaban manusia dapat dilakukan dengan cara memerangi kebodohan. Kebodohan merupakan tanda kematian jiwa, terbunuhnya kehidupan dan membusuknya umur.

Sebaliknya ilmu adalah cahaya bagi hati nurani, kehidupan bagi ruh dan bahan bakar bagi tabiat/perilaku.

Kebodohan itu sangat membosankan dan menyedihkan, karena ia tidak pernah memunculkan hal baru yang lebih menarik dan segar. Yang kemarin seperti hari ini, yang hari ini pun akan sama dengan yang akan terjadi esok hari.

Kebahagiaan, kedamaian dan ketentraman hati senantiasa berawal dari pengetahuan. Itu terjadi karena ilmu mampu menembus yang samar, menemukan sesuatu yang hilang, dan menyingkap yang tersembunyi.

Selain itu naluri dari jiwa manusia itu adalah selalu ingin mengetahui hal-hal yang baru dan ingin mengungkap sesuatu yang menarik.

Maka bila kita ingin senantiasa bahagia, tuntutlah ilmu galilah pengetahuan, kemudian raihlah manfaatnya niscaya semua kesedihan, kepedihan dan kecemasan kita akan sirna.

Penulis adalah Praktisi Sosial – Politik dan Pariwisata dari Forum Indonesia Maju

LEAVE A REPLY